Selasa, 13 Januari 2009

Latar Belakang Teoretik dan Empirik Pengajaran Langsung

A. Analisis Sistem
Analisis sistem berasal dari berbagai bidang pengetahuan, mempelajari hubungan yang terdapat pada komponen-komponen yang saling bergantung dan merupakan satu kesatuan.
Di dalam bidang pengajaran dan pembelajaran, analisis sistem menekankan bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan.

B. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang paling banyak memberikan sumbangan pada model pengajaran langsung adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial disebut juga belajar melalui observasi atau dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku.
Pemodelan merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pendekatan pengajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL (Depdiknas, 2002: 16). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Guru dapat menjadi model yang baik bagi siswanya. Guru menjelaskan atau mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan dan siswa mengamati dengan seksama. Guru bukanlah satu-satunya model, siswa dan orang lain juga dapat menjadi model bagi teman-temannya.
Teori pemodelan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan penekanannya pada proses mental dan internal. Interaksi antara penguatan eksternal dan proses kognitif internal untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari orang lain. Menurut Bandura dalam Arends (1997: 64) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain.
Lebih lanjut Bandura (dalam Nur 1998: 4) mengatakan bahwa ada empat elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Keempat elemen itu adalah atensi, retensi, produksi dan motivasi untuk mengulangi perilaku yang dipelajari itu. Keempat tahap tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1) Atensi
Menurut penelitian Bandura, pengamat akan dapat memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut jelas dan tidak terlampau kompleks. Dalam pengajaran, guru harus menjamin agar siswa memberikan atensi kepada bagian penting dari pelajaran dengan melakukan presentasi yang jelas dan menggarisbawahi hal-hal penting. Dalam mendemonstrasikan suatu keterampilan yang kompleks, guru dapat meminta siswa untuk memperhatikan demonstrasi tersebut.
2) Retensi
Bandura juga mengemukakan bahwa retensi suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan observasi itu dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan terlibat dalam pengulangan kognitif atas kegiatan itu. Untuk maksud tersebut, guru yang melaksanakan pengajaran langsung dapat melakukan hal-hal berikut:
(a) Untuk mengkaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, guru dapat meminta siswa membandingkan keterampilan baru yang didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui, dan dapat dilakukannya.
(b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat menyediakan periode pelatihan yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun mental. Mereka misalnya dapat, memfisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam mempersiapkan mikroskop sebelum benar-benar melakukannya.
3) Produksi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan-keterampilan baru, merupakan hal yang sangat penting. Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan jenis umpan balik yang diberikan oleh guru merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan pelatihan. Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin, positif dan korektif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru yang menggunakan model pengajaran langsung ialah melalui “pemodelan korektif” yang mencakup kegiatan berikut:
(a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru, guru seyogyanya memberi pujian segera pada aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar, lalu mengidentifikasi sub keterampilan yang masih sulit dilakukan siswa.
(b) Untuk memperbaiki sub keterampilan yang salah, pertama kali guru perlu memodelkan kinerja yang benar, kemudian meminta siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasai.
4) Motivasi dan penguatan
Teori kognitif sosial membedakan antara perolehan dan kinerja. Siswa dapat memperoleh suatu keterampilan atau perilaku melalui motivasi atau intensif untuk melaksanakannya. Jika siswa mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan-tindakan suatu model, siswa lebih dapat termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi perilaku itu. Di samping itu, penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak mungkin untuk melakukan tanpa penguatan.
Bandura mengidentifikasi tiga bentuk penguatan yang dapat mendorong pembelajaran melalui pengamatan. Pertama, pengamat memproduksi perilaku model dan menerima penguatan langsung. Kedua, penguatan tidak mesti langsung, seperti penguatan yang berwujud vicarious reinforcement. Ketiga, pengendalian penguatan yang datang dari dalam diri sendiri atau self-reinforcement. Jenis penguatan ini penting bagi siswa dan guru. Guru menginginkan siswanya berkembang bukan karena terdorong oleh pujian eksternal tetapi karena siswa itu menghargai dan menikmati tumbuhnya kompetensi mereka.
c. Teori Belajar Perilaku
Prinsip yang paling penting dari teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku.
Penggunaan konsekuensi menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut pengkondisian operan. Dianjurkan untuk memberikan konsekuensi sesegera mungkin dalam proses pembelajaran, agar kesalahan yang sama tidak dilakukan oleh siswa.

Tidak ada komentar: