Pembelajaran yang menyenangkan sebenarnya merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan psikologi perkembangan anak. Dengan demikian walaupun esensinya sama, bahkan metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama, tetap ada spesifikasi yang berbeda terkait dengan penekanan konseptualnya yang relevan dengan perkembangan moral dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya (meaningful learning) karena mereka dapat memadukan konsep pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang sedang “in” berkembang di masyarakat.
Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa “PD” (percaya diri) dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan diciptakannya sendiri.
Dalam hal ini, sampai kira-kira anak-anak berusia remaja, pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil bermain, yang mau tidak mau akan mengajak peserta didik untuk aktif. Sambil bermain mereka aktif belajar dan sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak ada metode standar untuk pembelajaran yang menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan usia mental siswa dapat memilah dan memilih metode yang sesuai atau bahkan metode yang diciptakannya sendiri.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika atau IPA (sains) di kelas III SD, siswa bermain pesawat terbang kertas (origami) sambil belajar. Setiap anak menyiapkan soal matematika yang ditulis di sisi sayap sebelah kiri, kemudian pesawat terbang diterbangkan. Pesawat terbang meluncur, siswa yang kebetulan kejatuhan dan atau tertabrak pesawat terbang itu adalah siswa yang wajib menjawab soalnya di sisi sayap sebelah kanan. Setiap anak berkesempatan untuk menerbangkan pesawat terbangnya sendiri, dengan kata lain, setiap siswa diberi kesempatan secara aktif membuat soalnya sendiri. Pesawat terbang menabrak guru, menabrak tembok atau kebetulan menerobos keluar jendela? Mari tertawa bersama. Pada akhir pembelajaran guru dan para siswa melakukan refleksi dan penarikan simpulan bersama. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Guru kelas, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kesempatan lain menugasi anak-anak berkirim surat dengan bahasa mereka sendiri ke alamat orangtua, nenek, atau saudara maupun sahabat karibnya yang tidak tinggal se kota. Isi surat menanyakan keadaan kesehatan, keadaan sekolahnya, atau apakah kambingnya atau kucingnya sudah beranak belum, kalau sudah beranak berapa ekor, siapa saja namanya dan lain sebagainya. Alamat pengirim harus di sekolah dan jawaban surat pun disarankan untuk di alamatkan ke sekolah. Jika sebagian besar jawaban sudah diterima maka surat dapat dibaca secara bergantian di depan kelas. Jika waktu terbatas dapat dipilih secara acak oleh guru, atau dipilih bersama-sama oleh guru dengan para siswa. Di samping mendapatkan pembelajaran tentang tata bahasa, kosa kata, cara menulis surat yang baik, acapkali akan timbul keharuan dan kelucuan yang menggembirakan di sana.
Dalam kaitan dengan pembelajaran kontekstual, bisa saja misalnya menjelang tanggal 22 Desember dalam kaitan Hari Ibu siswa dari sekolah berkirim surat khusus kepada ibunya di rumah dan menyatakan rasa cinta dan penghargaan kepada ibu yang telah membesarkan dan merawatnya dengan cinta kasih. Anda bisa membayangkan apa kira-kira isi surat balasan para ibu tersebut kepada puteranya di sekolah. Keharuan yang muncul, tidak mustahil akan mendatangkan rasa kasih dan saling pengertian yang lebih dalam, hubungan yang lebih mesra dan hangat antara ibu dan anak.
Bisa jadi, guru PPKn menugasi para siswa mengarang sebuah surat saran atau usul tentang cara-cara memberantas korupsi dan ditujukan kepada Ketua DPRD, Gubernur atau Wali Kota, biar mereka surprise, mungkin juga sesaat menjadi bengong, tetapi dapat diyakini mereka akan merespons dan menjawab surat tersebut dan mengirimkan jawabannya ke alamat siswa di sekolah.
Model lain misalnya dalam pembelajaran sains, konsep sains ditanyakan melalui metode Komunikata seperti yang ditayangkan dalam sebuah stasiun TV swasta. Atau saat belajar mengenai konsep sains tertentu, dilaksanakan melalui suatu permainan. Misalnya 30 siswa dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing beranggotakan 10 orang peserta didik. Guru menyiapkan, misalnya, tiga gambar binatang yang berbeda bagi setiap kelompok. Setiap kelompok dibariskan satu demi satu. Gambar ditunjukkan pada anak yang berdiri paling belakang. Kemudian anak yang berdiri paling belakang mencoba menggambarkan contoh gambar yang dilihatnya di atas sehelai kertas di punggung temannya yang berdiri tepat di depannya. Berdasarkan apa yang dirasakannya, kemudian anak yang punggungnya dipergunakan sebagai kanvas tersebut menggambar lagi gambar tersebut di punggung teman yang berdiri tepat di depannya. Demikian seterusnya sampai ke siswa yang berdiri paling depan. Siswa yang berdiri paling depan adalah Ketua Kelompok yang dipilih oleh siswa sendiri, ia yang kemudian menebak gambar apa yang digambar teman-temannya.
Dalam menebak gambar, siswa tersebut tidak boleh menebak langsung jenis hewan yang digambar, tetapi guru dapat memberi ketentuan misalnya harus dimulai dengan pertanyaan, hewan tersebut tergolong vertebrata atau invertebrata, di mana habitatnya, apa makanannya, bagaimana caranya berkembang biak, hewan tersebut mengalami metamorfosis atau tidak dan seterusnya. Bisa dipersiapkan 5 -10 pertanyaan yang telah diarahkan oleh guru. Setiap kali Ketua Kelompok bertanya maka anggota kelompok menjawab bersama-sama cukup dengan kata Ya atau Bukan. Siswa boleh mengembangkan sendiri jenis dan jumlah pertanyaannya. Pada akhirnya Ketua Kelompok boleh menyebutkan jenis binatang itu. Ini adalah jenis refleksi aktif yang menyenangkan oleh siswa. Pada akhir sesi guru memimpin refleksi dan simpulan umum, memberi penekanan terhadap konsep tertentu atau catatan di sana-sini perihal sesuatu yang mungkin dilupakan siswa selama proses refleksi. Di samping memperoleh manfaat berupa penguatan pemahaman konsep sains, pembelajaran aktif yang menyenangkan ini juga melatih kecerdasan emosi, perasaan, kerja sama dan imaginasi.
1 komentar:
bagus..., banyak membantu meluaskan wawasan metologis dan menginspirasi saya, thanks. Just keep doing with fighting spirit...!
Posting Komentar